Minggu, 16 Agustus 2015

Bungkam

Bungkam

Ketika diam adalah sebuah pilihan, karena penjelasan hanya akan menambah keburukan. Maka hanya ada dua pilihan hadapi dan mati atau diam tak melangkah dalam keterpurukan. Ini lah yang akan jonni rasakan ketika dia harus memilih diantara salah satunya.
Malam masih terus bergulir, kebisingan yang telah dianggapnya sebagai melodi dalam sebagian hidup ini. tempat ini gelap, tak ada bulan hanya ada lampu kendaran yang membuat semuanya terlihat. Sabtu malam, aku bersama 5 sahabat terbaiku. Namun kegelisahan dalam hati menghantui.

“Jon, loe mau ke mana ?”
“pulang. Gue titip mereka ya Jer..!!”
“okey”
“apaan si lo, kita bukan anak TK Jon” deri menyahut dalam keadaan mabuk
“iya Jon, kita udah gede, ni buktinya.” bagas menyahut seembari menunjukan botol minuman pada Joni
“iya, udah sana pergi Jon, tumben pergi duluan. Mau kencan ya lo ?” dicky menyindir
“ udah tenang ada gue sama Jery.” Kevin dengan meyakinkan

Joni melangkah pergi menuju motor dan meninggalkan kawan-kawannya.

“kaliian mau sampe kapan, hidup gini ?” sahut Kevin
“hahahaha”  Bagas, Dicky dan Deri melirik dan tertawa.
“lo belum pernah nyobain, coba lo ni coba, surga dunia sob” Bagas menjawab

Kevin hanya terdiam, memerhatikan prilaku mereka yang semakin melantur. Jery Cuma senyum sinis melihat Kevin yang bertanya kepada mereka.

“kenapa lo tanya mereka ?” Jery bertanya sembari menawarkan kopi di tangan nya
“gue heran...” kevin berbicara setelah itu meneguk kopi yang ditawarkan Jery
“udah, lo nanti bakal ngerti” jawab Jery, masih memerhatikan ketiga temannya yang kelihatan sudah ngawur.

Malam semakin memeluk merangkul mereka, sampai tegukan terakhir wine menghangatkan bagas, dicky, dan deri. Persahabatan yang sederhana dibangun dengan apa adanya, karena sahabat bukan berarti harus sama. Tegukan itu akhirnya berhenti mereka terkapar tak berdaya. Sahabat memang akan selalu ada. Kevin dan Jery yang menggotong mereka masuk ke dalam mobil. Bascamp tempat tujuan mereka, karena tak mungkin jika mereka ke rumah.

***
Jonni berkendara deengan kecepatan 180/jam dalam jalanan yang sedikit lengang, pikiran jonni sedang kacau. Kejadian siang tadi membayangi pikrannya. Beberapa detik menjadi untaian pristiwa 12 jam yang lalu dengan seketika

“jonni, heii” wanita yang paling populer dengan sinar mata yang berbinar dan rambut yang lurus sebahu. Membuat hampir semua laki-laki di sekolah tergila padanya
“iya Ra” joni menjawab. Muka datar tanpa ramuan cinta yang membalutnya selalu terlihat dingin
“lo pasti belum tulis PR kemaren kan ? ni gue pinjemin buku PR gue” membuka tas dan memberikan bukunya pada jonni
“Thanks Ra” jonni langsung melangkah pergi

Rara selalu terkesima dalam diam yang joni tunjukan. tetap tersenyum menatap jonni melangkah pergi.

Jonni masuk kelas yang ada di lantai 2 gedung sekolah.
“Aaaaaaaaaaa” terdengar jeritan dari luar dan semua berlarian menuju lantai dasar, melihat kejadian itu jonni melangkah perlahan. Berpapasan dengan orang yang tak di kenal di lantai dasar. Yang lari dari sisi kanan lalu dia menghadang dengan kakinya. Hingga terjatuh.

“lo siapa ?” tanya jonni sambil meringkus orang tersebut. Sipat joni yang selalu antisipasi. Selalu mencurigai hal yang aneh, yah aku pikir ini sifat detektip

Bagas, Dicky, Kevin, Deri dan Jery menghampiri jonni yang sedang meringkus seseorang.

“siapa jon ?” Bagas bertanya
“Gas, lo bawa dia ke pa santosa, Dick lo juga sama Deri anter mereka” jonni meminta kepada mereka sambil mendorong orang yang telah dia ringkus.
“oke jon” jawab Dicky mereka langsung bergegas menuju ruang pa santosa sebagai kesiswaan di sekolah. Sementara jonni menghampiri kegaduhan yang terjadi kevin dan Jery mengikuti.
Terlihat Rara yang sedang memegang kepala dan menutupi dahi kanannya.

“lo kenapa Ra ?” jonni menghampiri Rara yang kesakita.
Rara hanya menyerahkan batu yang ia pegang ke jonni. Setelah itu dia tidak sadarkan diri. Bergegas anak-anak lainnya membawa Rara ke ruang UKS.

“apaan jon ?” jery bertanya
Jonni melihat batu yang di bungkus kertas, dengan tulisan

Ini peringatan pertama

Tulisan yang ada dalam kertas pembungkus batu yang di lemparkan ke Rara
Jonni, bergegas jalan setengah lari menuju ruang pa santosa
***

“Ini ada apa ?” pa santosa bertanya
“ini pa, tadi ada kegaduhan di depan dan jonni meringkus orang asing ini” Deri menjelaskan
“sudah, duduk kalian semua, (pa santosa menghampiri orang asing yang di paksa duduk oleh mereka bertiga) kamu siapa ? ada urusan apa ?”
“tidak pak, tadi saya hanya bermaksud lewat saja”
“oh seperti itu, ya sudah. (menatap Bagas, Dicky dan Deri pa santosa menyuruh mereka menlepaskan mereka) biarkan anak ini pergi. Kalau kalian macam-macam lagi. Hati-hati” malah mencurigai ketiga muridnya tanpa bertanya apapun.

Pa santosa berdiri dan berbalik, menuju tempat duduk semula. Jonni membuka pintu ruangan pa santosa dengan terburu-buru sehingga mengejutkan.

“ada apa lagi ini ?” pa santosa berbalik dengan muka marah.
Jonni menatap pa Santosa lalu menatap Tajam orang yang di ringkus olehnya.
“sudah bapak tanya siapa dia dan apa maksudnya kemari pa ?” tanya joni masih dalam tatapan kepada orang asing
“jon, sudahlah. Lagi pula paling ini tak tik anak berempat ini bikin kegaduhan sendiri” jawab pa Santosa
“pa, di luar sana ada yang menjadi korban, mana mungkin mereka bertiga merencanakan hal seperti itu !!” jery menjelaskan dengan luapan emosi.
Jonni menggenggam erat batu di tangannya. Pa santosa melihat jonni dan kawan-kawannya yang penuh emosi. Dia mencoba mendingikan suasana kembali.
“ya sudah, jonni coba jelaskan ada apa ini?” sambil kembali duduk disamping orang yang telah di ringkus hari itu.
“Pa, setidaknya bapak percaya kalau saya dan teman-teman sedang tidak berbohong” dicky menekankan penjelasan dengan nada sedikit memaksa.
“iyah, sudah saya intograsi dulu anak ini” pa santosa mengelak dari perkataan Dicky. Dan melirik Jonni
“Kamu siapa ? , Jawab yang benar !!” tanya pa santosa pada pria di hadapannya.
Pria itu masih bungkam , dan menatap pa santosa, 
“Lebih baik kamu jawab pertanyaannya, sebelum aku yang bertanya” sahut jonni dengan nada mengancam
“sudah jon, ini biar bapak yang urus, kalian masih ada kelas. Silahkan kembali setelah jam pelajaran selesai” sahut pa Santosa kepada jonni dan kawannya
Jonni melakukan apa yang pa Santosa sarankan.
Pa santosa tetap mengintograsi mereka, meskipun didalam hatinya dia merasa tidak mau melakukannya.
***
Suasana kelas masih gaduh, semua terdiam ketika Jonni masuk.
“ngapain kalian liat-liat ?” sahut bagas kepada teman sekelas yang menatap Jonni
“ treenggg..!!!” suara bel berbunyi

Dari kejauhan Rara berjalan perlahan dengan menutupi dahinya, dibantu oleh temannya Faza. Jonni melirik acuh. Rara melihat Jonni yang mengacuhkan tanpa bisa melawan. Jam pelajaran dimulai. Setelah jam pelajaran selesai, Rara menghampiri jonni namun jonni bersikap dingin dia bergegas pergi keluar.

“jonni..” sapa Rara dari belakang, Jonni berdiri dan bergegas pergi tanpa mempedulikan Rara
“udah Ra, lo Istirahat aja” kevin mencoba untuk menghangatkan suasana.
“udah Ra, gue anter pulang” Jery menawarkan
“oke, makasih jer” Rara melangkah bersama bersama kevin dan jery menuju parkiran.

***
Joni menghampiri pak santosa dan orang asing tadi.
“pa sudah ada jawabannya ?” muka khawatir yang hanya diperlihatkan kepada santosa.
“dia hanya ingin bicara dengan mu nak, silahkan. Bapak keluar dulu” pak santosa keluar menuju ruangan sebelah sambil mengamati.
“apa maksud pesan ini ? “ sembari menaruh batu yang terbungkus kertas tadi
“saya disini hanya kurir mas, jangan apa-apakan saya” helaan napas jonni semakin berat
“jangan lukai saya, karena saya akan mendapat lebih dari sekedar masalah” sambungnya. “maka dari itu coba jelaskan mengapa dan siapa?” joni mencoba menahan kepalan tangannya yang sudah siap melayang jika dia tetap bersikap seolah mengulur waktu.
“Begini, saya disuruh anto” suasana diam hening, dan pak santosa pun tercengang menguping dari luar. “untuk sebabnya kenapa, mungkin yang lebih tau mas sendiri” sambungnya. “sudah sana, sebelum berpikir berbeda”
Orang suruhan itu keluar memergoki pak santosa dan yang lain menguping di luar. Serentak semua kaget.
Joni keluar, tanpa peduli apa yang guru lainnya lakukan.

***

Kesadarannya kembali pada kemudi dengan kecepatan tinggi nya, hampir saja dia terjatuh. Anto, ya anto dalam hatinya menggerutu dan menaikan lagi kecepatan nya. Tak sampai 30 menit dia sampai di tempat yang menyebabkan matanya menjadi linangan air asin yang telah bereaksi kimia. Dia selalu coba menahan. Dan masuk kedalam.
Laki-laki dengan puntung rokok di tangan yang sedang duduk menikmati hal yang tak selayaknya di pertontonkan gadis liar yang membuatnya memiliki senyum setan dan mata iblis dengan hati sepanas neraka. Joni duduk menghampiri anto yang dengan mata iblis penuh dendam.
“tawarannya sudah jelas joni, bagaimana ? apakah kamu putus asa ?”
Joni hanya diam dalam pertanyaan anto laki-laki entah keturunan raja iblis yang mana. “mengaku sajalah, karena kamu hanya menang dibawah pelukan..” terputus karena joni tangkas menyela “cukup, sudah sangat paham aku tentang kamu.” Senyum setan manakah yang dapat melebihi senyum anto malam itu “berhenti, maka aku akui kamu menang disisni” sambung joni.
Sigap anto menggenggam kerah joni dengan kuat. “Aku, harus berhenti ? pikirkan kenapa aku disini” suasana sepi gadis liar berhenti menjadi tontonan sekarang anto dan joni lah yang sedang menjadi sorotan.
“gampang ya anak manja bilang berhenti !!!” sambil berjalan kesana kemari layak raja seperti biasanya yang sedang memarahi tahanan “memangnya siapa yang memulai ?” sambil menarik dagu joni sehingga mata dan mata bertatap tatapan dendam yang terbalas dalam tatapan iba. “tatapan palsu, masih saja Penuh kebohongan” sekarang berapa orang lagi yang akan kamu pojokan seperti gue ? hah ? jawab?” dengan nada amarah melebihi gemuruh petir. “ joni menatap anto dengan ingin menjelaskan semua, tapi terlambat sudah. “ Oke, gue bakal berhenti. Tapi lo harus lenyap. Lenyap saat ini juga” sembari mengeluarkan pistol ilegal yang selalu ia seludupkan seperti biasanya. “loe masih to, kapan lo mau berhenti ?” menatap anto dengan muka yang mencoba tenang dalam tegang. “lo masih pura-pura? Bagus !!! perfectto joni” dia menodongkan arah pistol ke arah dahi joni.
Joni hanya pejamkan mata “Silahkan jika setelah ini kamu berjanji akan berhenti”
Deeeearrrrr (bunyi pistol yang terhempas meluncur masuk kedalam kepala joni) senyuman yang hanya baru keluar saat itu dari wajah jonni senyuman perpisahan untuk semua yang dia sayangi termasuk anto sekalipun yangg sangat membencinya atas kesalahan sekolah yang menyebabkan anto menjadi setan melebihi dari raja-raja iblis.

Semua alasan bukan untuk kita mengelak, hadapi dan yakin dunia akan berubah, jonni yang mengakhiri hembusan nafasnya demi sahabat dan segalanya. Anto yang tertangkap tangan dan mendekam di penjara karena rara telah menjelaskan kejadian 2 tahun lalu pada anto maka hanya tinggal penyesalan dan semua hening, diam tanpa mau mengungkapkan alasan. Kevin baru tersadar, dan dery, bagas, dan dicky sudah memutuskan untuk berubah menjadi lebih baik. Diam menjadi pelajaran yang berharga bagi mereka, alasan tak semua bisa menyelesaikan dan tak perlu lagi jika itu sudah terlambat.

Senyum cinta akan kujaga, untuk aku lepaskan diakhir hayat
Tertanda Jonni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar